Dari Anas bin Malik ra berkata bahwasanya Rasulullah SAW datang ke Madinah sedangkan mereka (penduduk Madinah) memiliki dua hari untuk bermain dan bergembira ria. Maka Rasulullah SAW bersabda, ‘Ada apakah dengan dua hari ini?’ Mereka menjawab, ‘Kami biasa bermain dan bergembira ria pada masa jahiliyah di dua hari tersebut.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah SWT telah menggantikan dua hari kalian dengan dua hari yang lebih baik darinya, yaitu Iedul Adha dan Iedul Fitri.’ (HR. Nasa’i)
Seiring dengan cepatnya waktu berlalu, ternyata tanpa terasa ramadhan begitu cepatnya berjalan meninggalkan kita. Padahal kita belum maksimal membaca Al-Qur’an, belum maksimal shalat malam, belum maksimal melaksanakan shiyam dan juga belum optimal untuk melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Setetes air mata mengalir dari ujung mata, perasaan sedih bergemuruh dalam kalbu, Ya Allah, akankah Ramadhan tahun depan, kami masih dapat bertemu lagi dengan bulan Ramadhan?
Dahulu para salafuna shaleh, air mata mereka meleleh membasahi pipi dan lihyah lantaran Ramadhan pergi meninggalkan mereka. Terkadang dari lisan mereka terucap sebuah doa, sebagai ungkapan kerinduan akan datangnya ramadhan dan ramadhan :
اللَّهُمَّ بَلِّغْنَا رَمَضَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ وَرَمَضَانَ وَرَمَضَانَ…
Ya Allah SWT, anugerahkanlah lagi kepada kami bulan Ramadhan, anugerahkanlah lagi kepada kami bulan Ramadhan, dan bulan Ramadhan, dan bulan Ramadhan…

Lalu apakah kita merasa sedih tatkala ramadhan meninggalkan kita?, atau sebaliknya malah bahagia karena kita bebas dari segala kungkungan yang ada di bulan ramadhan, mudah-mudahan kita tidak demikian. Dan semoga kita khusus mahasiswa Garut, umumnya seluruh umat muslim dijadikan orang –orang yang kembali kepada kesucian dan dijadikan orang yang mendapat kebahagiaan.
SEGENAP PENGURUS KMG-UPI (MPO,BPO) MENGUCAPKAN SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1433 H

 

Sebelum membahas pada pijakan yang menjadi dasar pergerakan KMG, maka kita perlu tahu apa yang menjadi visi dan misi KMG, yaitu :
Visi
Menjadi motor penggerak dalam upaya berkontribusi dalam pembangunan dengan mengedepankan persatuan dan rasa kekeluargaan diantara mahasisawa UPI asal Garut, untuk mencapai insan yang berilmu dan bertaqwa kepada Alloh SWT.
Misi

  1. Memupuk rasa persaudaraan diantara mahasiswa UPI asal Garut
  2. Memberi dorongan kepada anggota untuk menjadi motor penggerak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
  3.  Mendorong mahasiswa UPI asal garut untuk berprestasi secara akademik
  4. Membina dan menciptakan kondisi lingkungan pergaulan yang religius
  5. Mendorong mahasiswa untuk peduli terhadap keadaan daerah Garut.
        Sumber : (Rohman, 2012)
     Jargon atau Slogan KMG adalah “Sarendeuk saigel, sabobot sapihane’an, sabata sarimbangan”  yang artinya sebuah kesolidan yang terpimpin, berada dalam satu barisan atau shaf yang terorganisir dalam rangka beribadah kepada Alloh SWT, yang bentuk real rangka beribadah berupa program kerja yang bermanfaat khusus bagi mahasiswa itu sendiri maupun masyarakat pada umumnya baik masyarakat Garut maupun masyarakat Global.
Mahasiswa Garut yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Garut (KMG), dalam berkerja berpijak pada prinsif; humanisme, liberalisme, emansifasi, dan transedentif.
1. Humanisme
     Humanisasi artinya memanusiakan manusia, menghilangkan “kebendaan”, ketergantungan, kekerasan dan kebencian dari manusia. Humanisme disini berdasar pada konsep transedens(ilahiah), atau disebut humanisme teosentris bukan humanisme antroposentris. Dengan konsep ini, manusia harus memusatkan diri pada Tuhan, tapi tujuannya adalah untuk kepentingan manusia (kemanusiaan) sendiri. Perkembangan peradaban manusia tidak lagi diukur dengan rasionalitas tapi transendensi. Humanisasi diperlukan karena masyarakat sedang berada dalam tiga keadaan akut yaitu dehumanisasi (obyektivasi teknologis, ekonomis, budaya dan negara), agresivitas (agresivitas kolektif dan kriminalitas) dan loneliness (privatisasi, individuasi).
Yang perlu diketahui dalam prinsif ini adalah : pengenalan diri atau al-insan atau marifatul insan. Tujuan akhir nya adalah paham akan; darimana kita?, sedang apa? dan mau kemana?. Selain itu memahami tugas dan fungsi sebagai manusia yang akhirnya melahirkan seorang manusia yang mampu menempatkan diri sebagai manusia dihadapan Allah (habluminalloh), dan menmpatkan diri diantara lingkungan manusia(Habluminanas).
2. Liberasi
     Liberasi dalam Kontek ini sesuai dengan prinsip sosialisme (marxisme, komunisme, teori ketergantungan, teologi pembebasan). Hanya saja maksudnya tidak hendak menjadikan liberasinya sebagai ideologi sebagaimana komunisme. Liberasi yang dimaksud adalah dalam konteks ilmu, ilmu yang didasari nilai-nilai luhur transendental. Jika nilai-nilai liberatif dalam teologi pembebasan dipahami dalam konteks ajaran teologis, maka nilai-nilai liberatif dalam hal ini dipahami dan didudukkan dalam konteks ilmu sosial yang memiliki tanggung jawab profetik (nubuwah/risalah) untuk membebaskan manusia dari kekejaman kemiskinan, pemerasan kelimpahan, dominasi struktur yang menindas dan hegemoni kesadaran palsu. Lebih jauh, jika marxisme dengan semangat liberatifnya justru menolak agama yang dipandangnya konservatif, sedangkan liberasi disini justru mencari sandaran semangat liberatifnya pada nilai-nilai profetik transendental dari agama yang telah ditransformasikan menjadi ilmu yang obyektif-faktual.
Bidikan liberasi ada pada realitas empiris, sehingga liberasi sangat peka dengan persoalan penindasan atau dominasi struktural. Fenomena kemiskinan yang lahir dari ketimpangan ekonomi adalah bagian penting dari proyek liberasi. Liberasi menempatkan diri bukan pada lapangan moralitas kemanusiaan abstrak, tapi pada realitas kemanusiaan empiris, bersifat kongkrit. Karena sikap menghindar dari yang kongkrit menuju abstrak adalah salah satu ciri berpikir berdasarkan mitos.
Ada empat sasaran liberasi, yaitu sistem pengetahuan, sistem sosial, sistem ekonomi dan sistem politik yang membelenggu manusia sehingga tidak dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang merdeka dan mulia. (Ilmu Sosial Profetik, 2012)
3. Emansipasi
        Emansipasi artinya pelepasan, persamaan, pembebasan dan penyejajaran atau pembebasan dari perbudakan. Selaras dengan humanisme dan liberasi yang berdasar pada pola transedensi.
4. Transendensi
       Transedensi merupakan dasar dari dua unsurnya yang lain. Transendensi hendak menjadikan nilai-nilai transendental (keimanan) sebagai bagian penting dari proses membangun peradaban. Transendensi menempatkan agama (nilai-nilai Islam) pada kedudukan yang sangat sentral.
Ekses-ekses negatif yang ditimbulkan oleh modernisasi mendorong terjadinya gairah untuk menangkap kembali alternatif-alternatif yang ditawarkan oleh agama untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kemanusiaan. Manusia produk renaissance adalah manusia antroposentris yang merasa menjadi pusat dunia, cukup dengan dirinya sendiri. Melalui proyek rasionalisasi, manusia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa diri dan alam raya. Rasio mengajari cara berpikir bukan cara hidup. Rasio menciptakan alat-alat bukan kesadaran. Rasio mengajari manusia untuk menguasai hidup, bukan memaknainya. Akhirnya manusia menjalani kehidupannya tanpa makna.
Di sinilah transendensi dapat berperan penting dalam memberikan makna yang akan mengarahkan tujuan hidup manusia. Islam dapat membawakan kepada dunia yang sekarat, bukan karena kurang alat atau teknik, akan tetapi karena kekurangan maksud, arti dari masyarakat yang ingin merealisir rencana Tuhan. Nilai-nilai transendental ketuhanan inilah yang akan membimbing manusia menuju nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Transendensi adalah dasar dari humanisasi dan liberasi. Transendensi memberi arah kemana dan untuk tujuan apa humanisasi dan liberasi itu dilakukan. Transendensi  di samping berfungsi sebagai dasar nilai bagi praksis humanisasi dan liberasi, juga berfungsi sebagai kritik. Dengan kritik transendensi, kemajuan teknik dapat diarahkan untuk mengabdi pada perkembangan manusia dan kemanusiaan, bukan pada kehancurannya. Melalui kritik transendensi, masyarakat akan dibebaskan dari kesadaran materialistik-di mana posisi ekonomi seseorang menentukan kesadarannya-menuju kesadaran transendental. Transendensi akan menjadi tolok ukur kemajuan dan kemunduran manusia.

Ouput yang diharapkan melahirkan calon pemimpin yang mampu menggerakkan, mempengaruhi, mengelola, dan membawa berita gembira kepada semua orang. Seorang pemimpin yang bisa memberi tauladan (contoh), inspirator, motivator dan pembangkit semangat bagi para pengikutnya untuk tergerak hatinya, pikirannya dan perbuatannya untuk meraih harapan, cita-cita, tujuan hidup yang terbaik dan mulia yang diridhoi Alloh SWT.
Maka diharapkan  melahirkan kader yang memiliki karakter  kepemimpinan sebagai berikut:
  1. Memiliki karakter shidiq (jujur). Kepemimpinan yang mengedepankan integritas moral (akhlak), satunya kata dan perbuatan, kejujuran, sikap dan perilaku etis. Sifat jujur merupakan nilai-nilai transedental yang mencintai dan mengacu kepada kebenaran yang datangnya dari Allah SWT (Shiddiq) dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Perilaku pemimpin yang "shiddiq" (shadiqun) selalu mendasarkan pada kebenaran dari keyakinannya, jujur dan tulus, adil, serta menghormati kebenaran yang diyakini pihak lain yang mungkin berbeda dengan keyakinannya, bukan merasa diri atau pihaknya paling benar.
  2. Memiliki karakter amanah. Kepemimpinan yang mengahadirkan nilai-nilai bertanggungjawab, dapat dipercaya, dapat diandalkan, jaminan kepastian dan rasa aman, cakap, profesional dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Karakter tanggungjawab, terpercaya atau trustworthy (amanah) adalah sifat pemimpin yang senantiasa menjaga kepercayaan (trust) yang diberikan orang lain. Karakter amanah dapat menajamkan kepekaan bathin seorang pemimpin untuk bisa memisahkan antara kepentingan pribadi dan kepentingan publik/organisasi.
  3. Memiliki karakter tabligh. Kepemimpinan yang menggunakan kemampuan komunikasi secara efektif, memiliki visi, inspirasi dan motivasi yang jauh ke depan. Seorang pemimpin itu memerlukan kemampuan komunikasi dan diplomasi dengan bahasa yang mudah dipahami, diamalkan, dan dialami orang lain (tabligh). Sosok pemimpin (seperti karakter nabi dan rasul) bahasanya sangat berbobot, penuh visi dan menginspirasi orang lain.
  4. Memiliki karakter fathanah (cerdas). Kepemimpinan yang  mempunyai kecerdasan, baik intelektual, emosional maupun spiritual, kreativitas, peka terhadap kondisi yang ada dan menciptakan peluang untuk kemajuan. Sosok pemimpin itu harus cerdas, kompeten, dan profesional (fathanah). Pemimpin yang mengacu sifat fathonah nabi adalah pemimpin pembelajar, mampu mengambil pelajaran/hikmah dari pengalaman, percaya diri, cermat, inovatif tetapi tepat azas, tepat sasaran, berkomitmen pada keunggulan, bertindak dengan motivasi tinggi, serta sadar bahwa yang dijalankan adalah untuk mewujudkan suatu cita-cita bersama yang akan dicapai dengan cara-cara yang etis.
  5. Memiliki karekter istiqamah (konsisten/teguh pendirian). Kepemimpinan yang mengutamakan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement (Istiqamah). Pemimpin yang istiqamah adalah pemimpin yang taat azas (peraturan), tekun, disiplin, pantang menyerah, bersungguh-sungguh, dan terbuka terhadap perubahan dan pengembangan.
  6. Memiliki karakter mahabbah (cinta, kasih-sayang). Kepemimpinan yang mengutamakan ajaran cinta (mahabbah) bukan kebencian dan pemaksaan. Karakter pemimpin profetik selalu peduli (care) terhadap moral dan kemanusiaan, mudah memahami orang lain/berempati, suka memberi tanpa pamrih (altruistik), mencintai semua makhluk karena Allah, dan dicintai para pengikutnya dengan loyalitas sangat tinggi.
  7. Memiliki karakter shaleh/ma'ruf (baik, arif, bijak). Kepemimpinannya adalah wujud sebuah ketaatan kepada Allah dan mendarmabaktikan dirinya untuk kesalehan, kearifan dan kebajikan bagi masyarakatnya. Ketaatan dan keshalehan para nabi atau rasul berpedoman pada wahyu dan mu'jizat dari Allah. Karakter shaleh/arif dapat melahirkan pesona kharismatik yang merupakan ilham dari ilahi, yang terpancar pada permukaan kulit, tutur kata, pancaran mata, sikap, tindakan, dan penampilan. Seorang pemimpin yang shaleh mempunyai kualitas kepribadian individu yang utuh sehingga menyebabkan orang lain menaruh simpati, percaya dan menganut apa yang diinginkannya. Pemimpin shaleh berarti pemimpin yang dirinya diakui pengikut, karena ketaatannya kepada Allah.
             Sumber : (Mujtahid, 2011)
 
Bibliography

Ilmu Sosial Profetik. (2012, Juni 11). Retrieved Juli 13, 2012, from Wikipedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_Sosial_Profetik

Mujtahid. (2011, November 14). Tujuh Karakteristik Kepemimpinan Profetik. Retrieved Juli 14, 2012, from Universitas Negri Maulana Malik Ibrahim malang: http://www.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2682:tujuh-karakteristik-kepemimpinan-profetik&catid=35:artikel-dosen&Itemid=210

Rohman, A. (2012). Visi Misi. Retrieved Juli 13, 2012, from Keluarga Mahasiswa Garut : http://kmgupi.blogspot.com/2012/03/visi-misi.html


Popular Posts

Recent Posts

Text Widget